sambutan Pak Rimun dalam acara Obsesi di Masjid Al Hijrah |
Hari ke-8, 9 November 2014
Tidak seperti biasanya... Cukup sulit bagi kami untuk menuliskan
reportase hari ini. Yap, hari ini memang
terasa berat buat kami. Hari ini, hari Ahad tanggal 9 merupakan hari terakhir kami berada di negeri kangguru
Australia. Ah, andai kami
masih bisa berlama-lama di sini... tapi kami tak boleh berandai-andai! Semua
sudah harus bisa kami lewati, kami tidak boleh tergelincir pada perbuatan
seperti ini! Ya, meski berat, tapi kami harus kuat dan tegar! Harus!
kami mengikuti Obsesi |
Meski ini hari terakhir, namun seperti biasa kami tetap memulai kegiatan pukul 3 pagi. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya kami tim ikhwan mabit
dan tidur di masjid Al-Hijrah –
CIDE (Centre for Information, Dakwah and Education). Sementara, akhwat
tetap kembali ke pangkuan orang tua asuhnya masing-masing.
Setelah prosesi tahajud dan persiapan diri, kami melakukan sholat subuh berjamaah di masjid
Al-Hijrah. Setelah selesai melakukan sholat berjamaah, kami mendengarkan
tausyiah yang di sampaikan oleh ustadz Fanani di hadapan
seluruh jamaah Masjid Al-Hijrah. Beliau menegaskan kembali tentang
pentingnya berpegang teguh pada Islam.
Pak Yoga menerima penyematan pin LKMA sebagai tanda ukhuwah |
Setelah selesai mendengarkan
tausyiah, kami tim laki-laki dijamu makan pagi oleh jamaah
Masjid Al-Hijrah yang didominasi oleh umat muslim Indonesia di Sydney. Sungguh, tak ada habisnya nikmat yang Allah
swt berikan pada kami (ssst.. sampai detik ini, kami belum mengeluarkan sepeser
pun uang dollar Australia kami! Semua
urusan transportasi, akomodasi, konsumsi semua diberikan gratis oleh semua
brother and sister kami di sini di bawah komando Ust Yoga dan istri beliau
Ustadzah Khonsa. Apalagi konsumsi, tak
ada habisnya tersedia untuk kami. Yang
kami lihat, semua Brother n Sister di sini, seakan berlomba menyajikan apa saja
yang kami perlukan, bahkan untuk sekadar kertas hvs yang jumlahnya terbilang
dengan jari... subhanallah walhamdulillah!
Menyusun Kebulatan Tekad 1 Angkatan Menjadi Pemimpin Sejati & Lulusan Terbaik |
Setelah selesai menyantap hidangan
pagi itu, kami mengikuti salah satu
kegiatan rutin Masjid Al-Hijrah yaitu OBSESI (Obrolan Seputar Islam). Pembina kami Bp Karebet diminta
untuk menyampaikan paparannya mengenai isu yang sedang hangat dibicarakan, beliau menyampaikan
bahwa semakin lama di sini, kami bisa melihat dengan jelas bahwa problematika kehidupan juga ada di sini yang bersandar pada sistem hidup yang mereka adopsi, yakni
demokrasi sekuler. Beliau mengutip hasil diskusi dengan beberapa
pihak selama di sini, tentang rusaknya remaja Australia. Ada UU tentang Perlindungan Anak yang
menegaskan bahwa anak-anak yang sudah
berumur 18 tahun sudah tidak lagi bisa dikendalikan oleh orangtuanya termasuk
dalam aktivitas maksiat mereka. Salah
satu korbannya adalah orangtua dari Indonesia yang sudah menjadi permanent residence di sini dijebloskan
ke penjara hanya karena memarahi anaknya yang memasukkan pacar Australianya ke
kamarnya! Kondisi masyarakatnya yang tertib, teratur lebih karena kebutuhan
mereka, bukan karena ketaatan akan aturan yang benar. Jadi, rasanya kalau ada
pihak yang menyebut bahwa ‘Australia lebih Islami!’ patut dipertanyakan
darimana sandarannya, karena mereka sama sekali tidak bisa disebut beriman dan
beramal sholih! Weleh-weleh...
Yang amazing pada acara ini adalah, diputarnya film pendek
dokumentasi LKMA selama di
Australia. Film? Ya!
Ini salah satu tantangan yang diberikan pembina agar di hari terakhir kami di
sini, kami sudah bisa membuatkan sebuah film pendek tentang kegiatan ini. ini
menjadi salah satu bentuk pertanggungjawaban kami kepada tuan rumah kami,
Brother n Sister di sini.
Setelah selesai mengikuti acara
OBSESI kami melakukan evaluasi akhir dan briefing mengenai acara hari ini. Kami mengisi form evaluasi yang sudah
disiapkan Pembina kami. Lalu kami ditantang untuk membuat Tekad Bersama dengan
hanya diberikan waktu 5 menit saja tanpa dibimbing oleh pembina. Akhirnya jadilah Tekad itu :
“Kami, Kelas 12 Angkatan 3 – Titanium bertekad
1. Menjadi
Pemimpin Sejati Demi Kehormatan Diri, Keteladanan Bagi Adik Kelas, serta
Kebanggaan Keluarga dan Ummat.
2. Menembus
Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia dan Meraih Predikat Lulusan Terbaik SMAIT
Insantama dengan NEM minimal 9.00.
Australia, 9 November 2014”
Insya Allah tekad itu akan kami bacakan saat tiba di
sekolah kami tercinta.
Acara kemudian berpindah ke tugas baru. Tugas lagi?
Ya! Semua selalu berbalut tugas dan... tentu saja kami juga menerima dengan
senang hati, karena memang ini latihan yang penting bagi masa depan kami kelak!
Menjajal Moda Transportasi Kereta Api di Sydney |
Lalu, apa tugas itu? Tugasnya tak lain adalah ‘membeli
sesuatu yang istimewa bagi orangtua kami’. Masya Allah... ini memang bukan sembarang membeli biasa,
tetapi membeli dengan basis filosofis!
Maka, waktu yang ditunggu pun tiba. Kami hanya diberi waktu maksimal 60
menit di lokasi pembelian. Kami diwejang untuk tetap fokus pada misi kami
karena kami akan bertemu dengan beragam orang di sana.
Tak lama, kami pun bergerak menuju ke Paddys Market dengan menggunakan alat
transportasi umum, kereta api. Kami dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dipandu oleh tour Guide
istimewa, yakni Brother n Sister di sini. Untuk pertama kalinya selama di kota ini, kami berkesempatan menjajal moda transportasi umum kereta api double
dekker atau 2 tingkat.
Sesampai di lokasi yang ditentukan, kami pun langsung
bergegas menjalankan tugas yang ‘menggembirakan’ itu... maklum kehidupan kami selama di sana nyaris tanpa rehat sama
sekali.
Tak lama memang, tapi yang penting kami semua sudah berhasil
menemukan yang dicari. Saatnya untuk kembali ke Masjid Al Hijrah. Pukul 06.00 sore kami sudah harus sampai
untuk langsung mengemasi barang dan
sejam kemudian bertolak ke Bandara.
Mencari sesuatu yang Istimewa untuk Ibunda dan Ayahanda |
Hari ini terasa berat buat kami, karena harus berpisah
dengan Brother dan Sister di sini setelah apa yang kami alami, bukti ukhuwah
Islamiyyah. Mereka sangat melayani
kami. Apa saja keperluan kami, mereka
segera tanggap dan memberikannya. Mereka
lebih mendahulukan kami daripada keluarga mereka sendiri... diantara mereka
juga bahkan ada yang rela untuk cuti selama seminggu hanya untuk melayani
kami... Allahu akbar!!!
Itulah mengapa, air mata pun tak bisa ditahan lagi. bukan hanya kami yang menangis haru, namun juga para orangtua asuh kami. Mereka tak ingin kami pulang ke Indonesia. Tak ada kata yang bisa melukiskan perasaan kami semua. Termasuk para pembina juga larut dalam keharuan! Tapi... kami harus terus bergerak. Kami tak boleh diam. Umat menanti kami! Tekad kami sudah bulat demi kemuliaan Umat... pukul 23 malam, kami pun berlepas menuju Jakarta dengan transit di Kuala Lumpur.
Foto Bersama dengan Wakil Brother di Sydney |
No comments:
Post a Comment